Rabu, 18 September 2019


M.E.N.U.L.I.S.

      Puluhan tahun yang silam dalam pelajaran sekolah ada pelajaran menulis sebagai bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia. Pada umumnya ini membantu pembentukan fisik dan psikis saat dewasa menjadi orang yang sopan, peduli sosial, ringan tangan, teliti dan masih banyak segi positif lainnya. Hal ini karena merangsang kecerdasan motorik halus salah satu usaha untuk pengembangan sejak kecil selain kecerdasan intelektual, emosi dan komunikasi.

      Coba perhatikan lingkungan keluarga, teman, rumah, misalnya ada yang caranya menutup pintu rumah atau naik motor kelihatan tidak sopan, kasar (grusa grusu=kosro=berangasan, Bahasa jawa). Mungkin saat itu diburu waktu, tapi dilakukan seperti itu terus menerus. Nah, bisa jadi minat keterampilan menulisnya kurang atau memang tidak mendapatkan ilmu itu saat di sekolah.
Sebenarnya kemampuan menulis bukan tebal tipis saja tapi lebih dari itu yaitu keterampilan mengolah kosa kata menjadi kalimat yang sampai kepada pembaca. Sangat berbeda penulis satu dengan yang lain karena kelancaran kalimat, gaya bahasa, topik atau memang akademisi maupun otodidak.

      Menulis adalah bakat, anugerah (given, Bahasa popular). Ini adalah pemberian sang Khalik untuk kita diuji apakah bisa dipakai untuk menambah iman, manfaat untuk semua orang atau sebaliknya. Sama dengan given-given lainnya yang teramat banyak dan pasti diminta tanggung jawabnya kelak di akhirat.
Pernah saat masih suka corat coret sebagai mahasiswa yang belajarnya sampai tengah malam, jenuh membaca, iseng menggambar dan menulis kata-kata :
“whole in one” ini istilah dari aslinya olahraga orang kaya, golf : “hole in one”
Entah mengapa terbersit kata-kata dan sedikit gambar sketsa orang sedang sekali pukul bola golf masuk ke lubang, dipersepsikan dengan seorang konglomerat yang punya bisnis dari hulu sampai hilir. Bukankah ini juga cita-cita seorang pemain golf?
Beberapa puluh tahun kemudian muncul iklan dengan kata-kata whole in one persis seperti coretan iseng dulu. (Masha Alloh)..
Atau sekedar lucu-lucuan kata tapi mengena, Contoh pengalaman lain, saat teman share photo dari Thailand yang kagum dengan suatu disain penataan ruang multi fungsi tanpa ada sekat pada acara Design for Asia  Grand Award. Orang yang tertarik bilang “good idea” mungkin mau diterapkan dalam disainnya di Indonesia, sebaliknya orang Thai sebut dengan bahasanya sendiri “kood ikea”...Ooh ternyata IKEA itu asalnya begitu ya?
      Ada lagi nih contoh seperti kata BLOOP (nama sebuah Distro=Distribution Store=toko yang memajang dan menjual langsung dari pembuatnya). Mungkin ide kata tersebut dari pasar Boplo yang ada di menteng deket cut mutiah atau kebon sirih (pasar boplo bagi penulis sudah tidak asing lagi karena pernah tinggal di paviliun jalan Gondangdia atau saat pindah ke kebon sirih di belakang Kedubes Amerika Serikat sekarang)

Kesimpulannya, menjadi penulis sudah diberi modal kebaikan dari Alloh, tinggal kita mengasah dan memicunya untuk ittibar diri maupun orang banyak yang bisa bermanfaat.Ayo menulis!